BLOGGER TEMPLATES AND TWITTER BACKGROUNDS

Selasa, 11 Mei 2010

Perkembangan Anak pada Masa Infancy

BAB I

PENGERTIAN INFANCY

Fase Infancy adalah periode pertama kehidupan sesudah kelahiran ketika individu yang bersangkutan relatif sangat tidak berdaya dan bergantung sekali pada orang tuanya. Istilah ini biasanya diterapkan hanya pada tahun yang pertama. Skinner mengemukakan bahwa fase infancy adalah masa dua tahun pertama setelah kelahiran.

Gibson (1988) mengemukakan ada serangkaian fase dalam perkembangan atensi selama masa infancy. Fase ini bukan merupakan fase yang kaku karena fase-fase tersebut saling tumpang tindih dalam waktu dan situasi. Pada setiap fase ini, anak menggunakan kemampuan-kemampuan motor yang telah dimilikinya untuk mengeksplorasi lingkungan.

Secara umum, ada 3 (tiga) tahap perkembangan perceptual/ perkembangan atensi pada masa infancy (Gibson, 1998), yaitu :

a. Tahap Pertama (awal kelahiran – 4 bulan)

Bayi telah mampu mengendalikan kepala dan seluruh badannya sehingga bayi akan dapat mengarahkan penglihatan dan pendengarannya kepada objek-objek yang dijumpai.

b. Tahap kedua (4 bulan – 7 bulan)

Pada tahap ini bayi telah mampu mengendalikan lengan dan tangannya, sehingga bayi dapat menjangkau dan menggenggam benda-benda.

c. Tahap ketiga (8 bulan – 12 bulan)

Pada tahap ini atensi bayi meluas kepada susunan stimulus yang lebih luas karena bayi sudah dapat merangkak, berpindah-pindah tempat (locomotion), serta mengeksplorasi hal-hal yang ada dibalik tabir/penghalang.

BAB II

CIRI-CIRI MASA INFANCY

Ciri-ciri masa infancy dapat membedakan masa bayi dari periode-periode sebelumnya dan sesudahnya. Hurlock menggolongkan ciri-ciri masa infancy antara lain sebagai berikut :

a. Masa bayi adalah Masa Dasar yang Sesungguhnya

Masa bayi adalah dasar periode kehidupan yang sesungguhnya karena pada saat ini banyak pola perilaku, sikap dan pola ekspresi yang terbentuk.

Ada empat alasan yang menyebabkan mengapa dasar-dasar yang diletakkan pada masa bayi adalah penting. Pertama, berlawanan dengan tradisi, sifat-sifat yang buruk tidak berkurang dengan bertambahnya usia anak; sebaliknya, pola-pola yang terbentuk pada permulaan kehidupan cenderung mapan, apakah itu sifat yang baik atau buruk, berbahaya atau bermanfaat. Kedua, kalau pola perilaku yang kurang baik atau kepercayaan dan sifat yang buruk mulai berkembang, maka semakin cepat hal itu diperbaiki akan semakin mudah bagi anak untuk berubah. Ketiga, karena dasar-dasar awal cepat berkembang menjadi kebiasaan melalui pengulangan, maka dasar-dasar itu akan selamanya mempengaruhi penyesuaian pribadi dan sosial. Dan keempat, karena faktor belajar dan pengalaman memainkan peran yang penting dalam perkembangan, hal itu dapat diarahkan dan dikendalikan sehingga perkembangannya sejajar dengan jalur yang memungkinkan terjadinya penyesuaian pribadi dan sosial yang baik.

b. Masa Bayi adalah Masa Dimana Pertumbuhan dan Perubahan Berjalan Pesat

Bayi berkembang pesat, baik secara fisik maupun secara psikologis. Pertumbuhan dan perubahan intelek berjalan sejajar dengan pertumbuhan dan perubahan fisik. Tidak ada perubahan yang lebih menonjol selain dalam kemampuan bayi untuk mengenali dan bereaksi kepada orang-orang dan objek-objek dalam lingkungan.

c. Masa Bayi adalah Masa Berkurangnya Ketergantungan

Berkurangnya ketergantungan pada orang lain merupakan efek dari pesatnya perkembangan pengendalian tubuh yang memungkinkan bayi duduk, berdiri, berjalan dan menggerakkan benda-benda. Kemandirian juga meningkat dengan berkembangnya kemampuan bayi untuk mengkomunikasikan kebutuhan-kebutuhannya kepada yang lain. Gerakan-gerakan bayi yang acak dan menyeluruh kembali menjadi gerakan yang terkoordinir sehingga memungkinkan bayi melakukan sendiri hal-hal yang sebelumnya harus dilakukan orang lain.

d. Masa Bayi adalah Masa Meningkatnya Individualitas

Individualitas tampak dalam penampilan dan pola-pola perilaku dan memungkinkan bayi mengembangkan hal-hal yang sesuai dengan minat dan kemampuannya.

e. Masa Bayi adalah Permulaan Sosialisasi

Egosentrisme, yaitu diri bayi yang muda belia, cepat berubah menjadi keinginan untuk menjadi bagian dari kelompok sosial. Bayi mengembangkan ikatan emosi yang kuat dengan ibunya jauh sebelum periode masa bayi berakhir. Dari pemuasan perilaku akrab inilah berkembang hubungan dengan orang lain yang hangat dan kekal.

f. Masa Bayi adalah Permulaan Berkembangnya Penggologan Peran-Seks

Hampir dari saat dilahirkan anak laki-laki diperlakukan sebagai anak laki-laki dan anak perempuan diperlakukan sebagai anak perempuan. Tekanan pada anak perempuan untuk bersikap sesuai dengan jenis kelaminnya sejak masa bayi tidak terlampau kuat seperti tekanan pada anak laki-laki, meskipun penggolongan peran-seks merupakan bagian dari awal pendidikan anak perempuan. Secara tidak langsung anak perempuan peran-seksnya sudah ditetapkan pada masa bayi dengan memperbolehkan mereka menangis dan menunjukkan tanda-tanda lain “kelemahan wanita” yang tidak diperkenankan pada bayi laki-laki.

BAB III

PERKEMBANGAN MASA BAYI

Masa bayi disebut juga sebagai periode vital, karena kondisi fisik dan psikologis bayi merupakan fondasi yang kokoh bagi perkembangan dan pertumbuhan selanjutnya (Desmita, 2006). Selama beberapa bulan masa bayi, ketidakberdayaan itu berangsur-angsur menurun. Dari hari ke hari, minggu ke minggu dan bulan ke bulan, bayi semakin memperlihatkan kemandirian, sehingga pada saat masa bayi berakhir, yaitu kira-kira pada usia 2 tahun, ia telah menjadi seorang manusia yang berbeda dengan kondisi awal masa bayi.

A. Perkembangan Fisik

Perkembangan fisik bayi dalam dua tahun pertama kehidupannya sangatlah ekstensif. Pada saat lahir, bayi memiliki kepala yang sangat besar bila dibandingkan dengan bagian tubuh yang lain yang bergerak terus menerus ke kiri dan ke kanan dan seringkali tidak dapat dikendalikan. Berikut ini adalah uraian yang akan memberikan gambaran lebih rinci tentang beberapa aspek dari perkembangan fisik yang terjadi selama masa bayi (Desmita, 2006).

1. Tinggi dan Berat Badan

Seifert & Hoffnung (Desmita, 2006) mengemukakan pada saat dilahirkan, panjang rata-rata bayi adalah 20 inci atau 50 cm, dengan berat 3,4 kg. dibandingkan dengan ukuran tubuh orang dewasa, panjang bayi lebih dekat daripada beratnya.

2. Refleks

Refleks mengatur gerakan-gerakan bayi yang baru lahir. Sifat refleks ini adalah otomatis dan berada diluar kendali bayi yang baru lahir tersebut. Refleks itu merupakan reaksi yang inheren (built in) terhadap rangsang tertentu dan memberi bayi-bayi kecil respon penyesuaian diri terhadap lingkungan mereka sebelum mereka memiliki kesempatan untuk belajar lebih banyak (Santrock, 2002).

Tabel 1

Refleks-Refleks Utama pada Bayi yang Baru Lahir

Refleks

Perkembangan

Signifikansinya

Pernafasan

Permanen, sekalipun sebagian menjadi tindakan sukrela

Memberikan oksigen dan membuang karbondioksida

Menghisap

Melemah dan menghilang pada usia 6 bulan

Mengarahkan anak pada payudara dan botol susu

Mencari

Secara gradual di bawah pengontrolan yang disengaja

Membantu anak untuk minum

Menelan

Permanen, meskipun sebagian menjadi tindakan sukarela

Membantu anak menelan dan menjauhi cekikan

Mengedip

Permanen, meskipun kemudian melemah secara sukarela

Memelihara mata dari benda dan cahaya terang

Biji mata

Permanen

Memelihara dari cahaya terang dan memberikan penglihatan yang baik dalam cahaya lampu yang redup

Moro

Gerakan lengan dan telapak tangan menghilang pada 6 bulan, tetapi reaksi terkejut berlangsung seumur hidup

Menunjukkan perkembangan normal dari sistem syaraf

Memegang

Melemah pada usia 3 bulan, genggaman sukarela muncul pada 6 bulan dan menghilang setelah 1 tahun

Menunjukkan perkembangan normal dari sistem syaraf

Penguatan leher

Menghilang pada usia 2 tahun 3 bulan

Menunjukkan perkembangan normal dari sistem syaraf

Babinski

Menghilang pada usia 2 bulan, tetapi kemudian diaplikasikan

Menunjukkan perkembangan normal dari sistem syaraf

Melangkah

Menghilang pada usia 2 bulan, tapi kemudian diaplikasikan

Menunjukkan perkembangan normal dari sistem syaraf

Berenang

Menghilangkan setelah 4 hingga 5 bulan

Menunjukkan perkembangan normal dari sistem syaraf

Sumber : Seifert & Hoffnung (Desmita, 2006)

3. Keterampilan Motorik Kasar dan Halus

Keterampilan motorik kasar (gross motor skills) meliputi kegiatan otot-otot besar seperti menggerakkan lengan dan berjalan. Keterampilan motorik halus (fine motor skills) meliputi gerakan-gerakan menyesuaikan secara lebih halus, seperti ketangkasan jari.

4. Otak

Bayi memiliki sudah memiliki semua sel syaraf (neurons) yang akan dimiliki sepanjang hidupnya. Akan tetapi, pada saat lahir dan pada masa awal bayi, keterkaitan sel-sel syaraf inil masih lemah. Ketika bayi bertumbuh dari usia saat lahir hingga 2 tahun, saling keterkaitan sel-sel syaraf meningkat secara dramatis seiring dengan perkembangan bagian-bagian sel syaraf penerima (dendrites).

5. Perkembangan Sensoris dan Persepsi

Sensation terjadi ketika sekumpulan informasi “mengadakan kontak” dengan penerima sensor – mata, telinga, lidah, hidung, dan kulit. Sensasi pendengaran terjadi ketika gelombang udara yang bergetar dikumpulkan oleh telinga bagian luar dan ditransmisikan melalui tulang telinga bagian dalam ke saraf pendengaran. Sensasi penglihatan terjadi ketika cahaya lampu mengadakan kontak dengan kedua mata dan difokuskan di dalam retina.

Persepsi ialah interpretasi tentang apa yang diindrakan atau dirasakan. Informasi tentang peristiwa-peristiwa tertentu yang mengadakan kontak dengan telinga diinterpretasikan sebagai suara musik misalnya. Sementara peristiwa lainnya yang ditransmisikan ke dalam retina diinterpretasikan sebagai suatu warna, pola atau bentuk khusus.

B. Perkembangan Kognitif

Perkembangan kognitif pada masa awal anak-anak dinamakan tahap praoperasional (preoperational stage), yang berlangsung dari usia 2 hingga 7 tahun. Pada tahapn ini, konsep yang stabil dibentuk, penalaran mental muncul, egosentrisme mulai kuat dan kemudian melemah, serta terbentuknya keyakinan terhadap hal yang magis, hal ini dikemukakan oleh Piaget (Desmita, 2006) dalam teori kognitifnya. Heterington & Parke, dan Seifert & Hoffnung mengemukakan, secara garis besar, pemikiran praoperasional dapat dibagi ke dalam dua subtahap, yaitu subtahap prakonsektual dan subtahap pemikiran intuitif.

Subtahap prakonseptual disebut juga dengan pemikiran simbolik karena karakteristik utama subtahap ini ditandai dengan munculnya sistem-sistem lambang atau simbol, seperti bahasa. Subtahap prakonseptual terjadi pada rentang usia 2 sampai 4 tahun.

Subtahap Intuitif digunakan untuk menunjukkan subtahap kedua dari pemikiran praoperasional yang terjadi pada anak dalam periode dari 4 hingga 7 tahun. Pada tahap ini simbol-simbol anak meningkat kompleks, namun proses penalaran dan pemikirannya masih mempunyai ciri-ciri keterbatasan tertentu.

1. Perkembangan Persepsi

Seiring dengan peningkatan ketajaman visual, selama masa awal anak-anak persepsi visual mereka juga bertambah baik. Peningkatan persepsi visual ini terjadi melalui dua cara. Menurut Seifert & Hoffnung (Desmita, 2006) peningkatan persepsi visual terlihat dalam dua bentuk; pertama, diskriminasi visual; yaitu kemampuan untuk membedakan atau melihat perbedaan-perbedaan terhadap yang mereka lihat. Kedua, integrasi visual; yaitu kemampuan untuk mengkoordinasikan beberapa penglihatan dengan tindakan-tindakan fisik secara tepat.

2. Perkembangan Memori

Memori terbagi menjadi 2 jenis, yaitu memori jangka pendek dan memori jangka panjang. Dalam memori jangka pendek, individu menyimpan informasi selama 15 hingga 30 detik, dengan asumsi tidak ada latihan atau pengulangan. Matlin (1994) mengemukakan bahwa anak lebih mungkin untuk menyimpan materi berupa visual dalam ingatan jangka pendeknya. Dalam memori jangka panjang, pada umumnya anak memiliki kemampuan memori rekognisi – suatu kesadaran bahwa suatu objek, seseorang atau suatu peristiwa itu sudah dikenalnya, atau pernah dipelajarinya pada masa lalu – tapi kurang mampu dalam proses memanggil atau menimbulkan kembali dalam ingatan sesuatu yang telah dipelajari.

3. Perkembangan Atensi

Atensi atau perhatian merupakan sebuah konsep multidimensional yang digunakan untuk menggambarkan perbedaan ciri-ciri dan cara-cara merespons dalam sistem kognitif (Parkin, 2000). Penelitian telah menunjukkan bahwa hilangnya atensi (habituation) dan pulihnya atensi (dishabituation) bila diukur pada 6 bulan pertama masa bayi, berkaitan dengan tingginya kecerdasan pada tahun-tahun prasekolah.

4. Perkembangan Metakognitif

Metakognitif adalah pengetahuan dan kesadaran tentang proses kognisi atau kesadaran kita tentang pemikiran. Pandangan-pandangan kontemporer tentang kognisi meyakini bahwa efisiensi dari sistem intelektual secara keseluruhan sangat tergantung pada kemampuan metakognitif. Hala, Chandler dan Fritz (Desmita, 2006) menemukan bahwa anak-anak yang masih kecil usia 2 atau 2,5 tahun telah mengerti bahwa mereka harus menggunakan taktik penipuan, seperti berbohong atau menghilangkan jejak mereka sendiri.

5. Perkembangan Bahasa

Untuk mengetahui perkembangan bahasa anak-anak pra-sekolah, dapat digunakan indeks perkembangan bahasa yang dikembangkan oleh Roger Brown (Desmita, 2006), yang dikenal dengan Mean Length of Utterance (MLU), yaitu sebuah indek perkembangan bahasa yang didasarkan atas jumlah kata dalam kalimat. Ada 5 tahap perkembangan bahasa anak:

Tabel 2

Tahap-Tahap Perkembangan Bahasa

Tahap

Usia/Bulan

MLU

Karakteristik

I

12 – 26

1 – 2

Perbendaharaan kata terdiri atas kata benda dan kata kerja, dengan sedikit kata sifat dan kata bantu

II

27 – 30

2 – 2,5

Kalimat-kalimat anak lebih kompleks, kata majemuk terbentuk, menggunkan preposisi, kata kerja tak beraturan, tensisi, bentuk jamak

III

31 – 34

2,5 – 3

Muncul pertanyaan “Ya-tidak”, “siapa, apa, dimana”, kata-kata negative (tidak) dan kata-kata perintah dan permohonan

IV

35 – 40

3 – 3,75

Perbendaharaan kata meningkat, penggunaan kata lebih konsisten, mengaitkan kalimat yang satu di dalam kalimat yang lain

V

41 – 46

3,75 – 50

Kalimat lebih kompleks dengan menggabungkan 2 atau lebih kalimat, kalimat-kalimat sederhana dan hubungan-hubungan prorosisi terkoordianasi

Sumber : Santrock, Lerner & Hultsch (Desmita, 2006)

C. Perkembangan Psikososial

Di samping perkembangan fisik dan kognitif, masa awal anak-anak juga ditandai dengan perkembangan psikososial yang cukup pesat.

1. Perkembangan Bermain

Terdapat ciri-ciri bermain tertentu yang khusus dalam masa bayi yang berbeda dari permainan anak muda belia dan pasti berbeda dengan ciri-ciri bermain anak yang lebih besar dan orang dewasa. Terdapat 5 ciri yang dikemukakan oleh Hurlock, yaitu:

Pertama, dalam bayi tidak terdapat aturan-aturan. Dengan sendirinya permainan dipandang sebagai permainan spontan dan bebas. Kedua, sepanjang masa bayi, permainan lebih merupakan bentuk permainan sendiri dan tidak bersifat sosial.

Ketiga, karena bermain bergantung pada perkembangan fisik, motorik dan intelek, maka jenis permainan bergantung pada pola-pola perkembangan dalam bidang-bidang tersebut. Keempat, alat permainan belum terlalu penting karena bayi dapan melakukan permainan dengan tiap benda yang merangsang keingintahuan dan hasrat menjelajahnya.

Kelima, permainan bayi ditandai oleh banyak pengulangan dan tidak banyak ragamnya, karena bayi kurang memiliki keterampilan seperti pada anak prasekolah atau anak yang lebih besar.

2. Perkembangan Hubungan Sosial

Kasih sayang orang tua atau pengasuh selama beberapa tahun pertama kehidupan merupakan kunci utama perkembangan sosial anak, meningkatkan kemungkinan anak memiliki kompetensi secara sosial dan penyesuaian diri yang baik pada tahun-tahun prasekolah dan sesudahnya. Salah satu yang utama dari peran utama orang tua kepada anak adalah gaya pengasuhan yang diterapkan langsung oleh orang tua terhadap anak.

Teman sebaya sebagai sebuah kelompok sosial sering didefinisikan sebagai semua orang yang memiliki kesamaan sosial atau yang memiliki kesamaan ciri-ciri, seperti kesamaan tingkat usia, dan lebih ditekankan pada kesamaan tingkah laku atau psikologis (Desmita, 2006).

3. Perkembangan Gender

Shepherd-Look (Desmita, 2006) mengemukakan bahwa kebanyakan anak mengalami sekurang-kurangnya tiga tahap dalam perkembangan gender. Pertama, anak mengembangkan kepercayaan tentang identitas gender. Kedua, anak mengembangkan keistimewaan gender, sikap tentang jenis kelamin mana yang mereka kehendaki. Ketiga, mereka memperoleh ketetapan gender, suatu kepercayaan bahwa jenis kelamin seseorang ditentukan secara biologis, permanen dan tak berubah-ubah.

4. Kualitas Personal

Pemikiran skema gender seorang anak berkembang melalui serangkaian tahap. Pertama, seorang anak mempelajari suatu hal yang secara langsung dihubungkan dengan masing-masing jenis kelamin. Kedua, sekitar usia 4 hingga 6 tahun, anak mulai mengembangkan asosiasi yang lebih kompleks dan tidak langsung terhadap informasi yang relevan atas jenis kelaminnya sendiri, tetapi tidak untuk lawan jenis. Ketiga, pada usia kira-kira 8 tahun anak juga memperlajari asosiasi yang relevan terhadap lawan jenis dan telah menguasai konsep gender.